Sekitar 200 Hektar Padi di Pacitan Terancam Gagal Panen

oleh -0 Dilihat

padiPacitanku.com, PACITAN – Kekeringan akibat kemarau yang terjadi di Pacitan dan sekitarnya berdampak terhadap kegagalan panen yang dialami para petani di Pacitan. Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak), hampir 200 hektar tanaman padi di sejumlah wilayah di Pacitan terancam gagal panen akibat kekeringan yang cukup lama.

“Dampak paling signifikan terjadi di Kecamatan Punung,  dari 632 hektar luasan tanaman padi, 160 hektar diantaranya terancam gagal panen, dari jumlah tersebut, seluas 7,5 hektar diantaranya dipastikan tidak bisa dipanen,” ujar Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Penyuluhan, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Pacitan, Bagianto, Kamis (30/7/2015) kemarin.

Lebih lanjut, Bagianto juga mengatakan bahwa di Kecamatan Kebonagung dengan 23 hektar lahan padi dipastikan mengalami puso. Selain itu di Bandar, diantaranya Desa Watupatok dan Bandar ada sekitar 15 hektar tanaman padi diperkirakan mengalami gagal panen.

Jika kondisi ini terus terjadi, Bagianto mengatakan luasan tanaman padi yang gagal panen bisa terus bertambah. Karena, dari 12 kecamatan yang ada di Pacitan, baru tiga kecamatan yang sudah menyampaikan laporan adanya kekeringan yang mengancam terjadinya gagal panen. “Kecamatan yang lain memang belum memberikan laporan. Namun kami memperkirakan, luasan tanaman padi yang berpotensi mengalami gagal panen akan terus bertambah,” tandasnya.

Data Distanak menyimpulkan bahwa tanaman padi yang berpotensi mengalami puso diperkirakan masih tertahan dikisaran 10 persen lebih. Sebab dari 2 ribu hektar sawah dengan tanaman padi, hanya sekitar 200 hektar yang positif tidak bisa dipanen.

Sebagai informasi, pada bulan Agustus ini diperkirakan menjadi puncak kekeringan di wilayah Jawa Timur, termasuk Pacitan. Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Sudharmawan.

Ia mengatakan sebanyak 21 daerah di provinsi tersebut mengalami kekeringan sejak dua bulan lalu.  Daerah-daerah itu meliputi Kabupaten Pacitan, Malang, Blitar, Ponorogo,  Sumenep, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Magetan, Ngawi, Situbondo, Trenggalek, Lumajang, Batu, Pamekasan, Bondowoso, Gresik, Lamongan, Tuban, Tulungagung, dan Madiun. “Tahun 2015 ini jumlah kekeringan di Jawa Timur menurun 459 desa. Sementara tahun 2014 sebanyak 640 desa,” katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan warga di musim kemarau, kata Sudharmawan, BPBD metode water dropping. Untuk kebutuhan jangka panjang, BPBD melanjutkan pengembangan sistem perpipaan, pembuatan sumur bor, dan embung geomembran. Pada 2013, kata dia, BPBD Jatim bersama Dinas Pengairan membuat 50 embung geomembran. Jumlahnya bertambah menjadi 100 embung geomembran pada 2014. (RAPP002)